2.23.2010

Pengelolaan Keuangan


Kamis dua minggu yang lalu kami melakukan perjalanan dengan niat pembinaan bidang anggaran dan keuangan ke PLTA Maninjau. PLTA yang memanfaatkan air Danau maninjau ini merupakan salah satu unit dibawah PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi.

Permasalahan klasik bagi saya pribadi dalam melakukan pembinaan terhadap unit-unit pembangkit ini adalah bahwa seolah-olah apa yang mereka butuhkan akan selalu dipenuhi. Memang repot merubah sikap dan pola pikir, apalagi yang berhubungan dengan uang. Pembangkitan adalah cost center dalam organisasi PLN, sehingga pemikiran bagi pengelolanya adalah ya.. habis-habisin uang (anggaran).

Seperti pertama kali saya bicara dalam forum untuk Sektor Bukittinggi, saya meminta manajemen dan pegawai berusaha menggunakan anggaran yang ada secara bertanggungjawab. Saya ajukan prinsip-prinsip dalam pengelolaan keuangan yaitu: Efisien, Efektif, dan bertanggungjawab.

2.19.2010

BUDAYA PERUSAHAAN VS BUDAYA INDIVIDU


Pengantar

Beberapa waktu ini otak sepertinya tidak mampu menuangkan banyaknya ide yang ada dalam pencetan jari jemari diatas tuts keyboard laptop, sehingga untuk menjaga kesinambungan blog ini saya mencoba menampilkan beberapa tulisan yang pernah saya tulis untuk majalah perusahaan “POINTER”.  Semoga berkenan…
================================================================================

BUDAYA PERUSAHAAN VS BUDAYA INDIVIDU
Perilaku organisasi, khususnya budaya perusahaan dewasa ini menjadi topik yang menarik, hal ini karena ternyata ada korelasi yang sangat besar antara perilaku dengan perkembangan organisasi. Budaya perusahaan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi organisasi untuk menjabarkan dan menjadi pedoman pelaksanaan visi dan misi organisasi dan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Budaya perusahaan membantu mencapai sukses organisasi/perusahaan.

Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya dalam suatu lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di lingkungan tersebut, dalam hal ini adalah perusahaan. Permasalahan yang menarik sekarang adalah dimana letak dari Budaya Individu? Budaya individu yang mewarnai budaya perusahaan atau sebaliknya? Terlepas dari itu, yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam suatu organisasi terdapat individu-individu yang mempunyai latar belakang dan perilaku yang berbeda-beda karena berasal dari lingkungan yang berbeda-beda pula, baik secara langsung maupun tidak telah membentuk sikap dan perilakunya, yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang lingkungan mereka.

2.08.2010

Virus Baca


Membaca status seorang kawan di Facebooknya yang bunyinya kira-kira seperti ini: “survey tingkat baca masyarakat yg dilakukan UNICEF menempatkan Indonesia pada posisi 38 dari 39 negara…sungguh memprihatinkan”, membuat saya membayangkan saya saat masih muda dulu (emang sekarang dah tua? hehehe) dan melihat disekililing lingkungan pada waktu itu. Lingkungan dimana saya tinggal ketika itu memang jauh dari kemajuan bila tidak dapat dikatakan tertinggal sehingga budaya membacapun tentu saja jarang dijumpai. Kegiatan kami waktu itu ya sekolah, belajar, bermain. Namun begitu ada satu keluarga yang bisa dikatakan berlebih dari tetangganya, mempunyai anak seusia kami, disanalah biasanya kami merasakan bagaimana membaca selain buku pelajaran meski hanya sebuah majalah BOBO.

Sebenarnya, di rumah kamipun ada bacaan lain selain buku pelajaran yang juga sangat banyak di rumah, karena bapak adalah seorang guru. Di rumah ada majalah kuncup yang lazim ketika itu diperuntukkan untuk siswa SD dan keluarga kami ketika itu berlangganan majalah bahasa jawa “JAYABAYA”.

2.03.2010

KINERJA

Untuk meningkatkan dan mengontrol kontribusi pegawai, PT PLN (Persero) sejak 2009 menerapkan Sistem Manajemen Unjuk Kerja bagi pegawainya. Setelah berjalan 2 kali penilaian (1 th), banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul. Permasalahan-permasalahan ini muncul bukan dikarenakan sistemnya yang tidak benar, namun sifat dan perilaku pegawai-pegawai sendiri yang menyebabkannya. Sebenarnya, sistem penilaian kinerja sebelumnya sudah bagus apabila diterapkan dengan benar dan pegawai mematuhi aturannya.

Permasalahan mendasar yang juga menjadi penyebab adalah kurangnya pengetahuan pegawai tentang sistem penilaian kinerja ini, yang mereka tahu hanya bahwa hasil penilaian tersebut mempengaruhi nilai uang yang akan mereka peroleh (IKS = Imbalan Kerja Semesteran atau P3-2 untuk sistem renumerasi terbaru). Berbicara tentang kinerja tentu saja tidak lepas dari target kinerja, bagaimana bisa menilai kinerja apabila tidak ada pembandingnya. Nah disinilah salah satu permasalahannya, banyak pegawai yang tidak tahu bagaimana memulainya karena tidak tahu target kinerjanya, kebanyakan bekerja hanya sesuai apa yang biasa dilakukan bahkan lebih parah lagi ada yang tidak tahu harus mengerjakan apa dan bahkan ada juga yang bekerja menunggu perintah atasan namun tidak selesai juga.