10.28.2012

Sumpah Pemuda

Masih ingat Sumpah Pemuda? Sumpah yang diikrarkan oleh para Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Dan hari ini adalah peringatan Hari Sumpah Pemuda. Masih ingat apa saja yang diikrarkan oleh para pemuda ketika itu? Mari bersama-sama mengingatnya, yang pertama adalah mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kedua berbangsa satu Bangsa Indonesia, dan ketiga menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Ikrar atau sumpah itu sudah terjadi dan menjadi janji bersama selama 84 tahun, apakah kita terikat juga dengan sumpah itu? Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia seharusnya kita juga terikat oleh sumpah tersebut, karena berawal dari sumpah pemuda tersebutlah cita-cita kemerdekaan Indonesia diperjuangan dengan persatuan. Dengan sumpah pemuda tersebutlah kita dapat menikmati Kemerdekaan Indonesia sekarang ini.

Namun meski sudah 84 tahun sumpah itu diikrarkan, tetapi masih banyak yang baik sengaja maupun tidak telah melupakannya. Kita ambil contoh saja dari bahasa.

10.27.2012

Mati dicaci nyala dilupa


Hari ini, tanggal 27 Oktober 2012 adalah Hari Listrik Nasional ke 67. Hari Listrik pertama kali diperingati tahun 1945. Tahun ini ada yang berbeda dalam memperingati Hari Listrik. Apabila biasanya dilakukan dengan melaksanakan upacara bendera, kali ini instruksinya adalah cukup melaksanakan pemotongan tumpeng sebagai rasa syukur kepada Tuhan.
 
Ada hal menarik lain pada HLN tahun ini, yang biasanya status-status teman-teman PLN hanya ucapan selamat ulang tahun atau sejenisnya, kali ini statusnya selain ucapan selamat ulang tahun juga ada kalimat lain yang anehnya nadanya seragam, yaitu intinya ”mati dicaci nyala dilupa”. Mungkin memang itulah yang dirasakan oleh semua insan Listrik, utamanya teman-teman PLN. Dari hasil ingatan dan pengamatan saya, PLN hanya diingat ketika mati lampu dan pembahasan subsidi oleh DPR.

Perbaikan dan perubahan kearah yang lebih baik terus dilakukan secara estafet dari pemimpin satu ke pemimpin selanjutnya. Telah banyak perubahan terjadi

10.23.2012

Nasionalisasi Strategi Perang Khondak

Oleh: Sabrank Suparno

Jangan katakan “Wouw,” jika tidak terperangah dengan pemikiran Emha Ainun Nadjib pada pengajian Padhang mBulan edisi 30 September, 2012. Cak Nun melontarkan pertanyaan sederhana, “untuk siapakah Rasululloh mengadakan perang Khondak?” Cak Nun kemudian merangsang inti pertanyaan tersebut dengan beberapa pertanyaan pendukung/pengembang. Misal, apakah perang khondak untuk negara-pan arabis, Iran, Syiria, Libanon, Mesir, Arab Saudi dll? 

Perang khondak dalam sejarah Islam dikenal dengan istilah perang parit, yakni satu metode perang dengan menggali parit untuk menghadang atau menyulitkan keleluasaan gerak serang musuh. Takaran penggalian parit zaman Rasululloh bertujuan efektif untuk memutus transportasi darat yang zaman tersebut belum mengenal tekhnologi pesawat tempur. Zaman di mana alat pendukung utama pasukan perang masih mengandalkan kuda dan onta. Metode parit yang berbeda kondisi dengan darat efektif melumpuhkan lawan, baik dari strategi keleluasan hingga kemudahan mengincar identifikasi kejelasan lawan.

10.17.2012

Twitland

Sosial media silih berganti muncul dan pergi, dulu kita mengenal friendster, kemudian dia tenggelam yang kemudian sekarang menjadi situs game online. Kemudian era facebook hadir, penggunanya sampai booming di Indonesia, namun saat ini diapun mulai ditinggal karena menurut catatan usernya sudah stagnan.

Ke depan, diawali dari saat ini, twitter adalah sosmed yang mulai booming. Menurut saya, twitter mempunyai kelebihan dari sosmed yang lain. Bila friendster (waktu itu) dan facebook lebih pada situs pertemanan, dan facebook akhir-akhir ini mengarah pada pemanfaatan untuk bisnis maka twitter lebih luas dapat juga sebagai situs pengetahuan.

10.12.2012

Verba Volant Scripta Manent


Pepatah kuno ini kembali mengusik pikiranku. Setelah sebelumnya menjadi judul blog teman kata yang sama muncul lagi dalam sebuah email (yang didalamnya juga memuat  uraiannya). Apa yang menarik dari kata pepatah kuno tersebut?

Sebenarnya bukan pepatah yang disampaikan oleh Caio Titus di Senat Roma ini saja yang mempunyai makna sama, sebut saja ungkapn Syaidina Ali "ikatlah ilmu dengan menulisnya", atau yang menjadi pembuka dalam email yang saya terima "Spoken word fly away, written ones stay", atau dalam tulisan Pram "Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan pusaran sejarah" atau yang ada dalam Anak Semua bangsa "Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. Menulis adalah kerja untuk keabadian".

Lalu.. kembali lagi, apa yang menarik? Atau apa yang istimewa dengan pepatah-pepatah itu? Sehingga saya kembali terusik?