4.25.2013

Pelanggan Kidal

Sumber: Buku Kafe Etos
Oleh: Jansen H Sinamo

Tersebutlah dua orang sahabat memasuki restoran pada sebuah hotel baru berbintang lima berlian. Mereka ingin bersantap siang. Setelah mendapatkan tempat duduk, datanglah seorang pelayan membawa teh dan kopi.

“Selamat pagi Tuan. Minumnya apa? Kopi atau teh?” Tanya pelayan itu dengan ramah.

“Terimakasih. Saya minta, “ jawab pria yang pertama.

Pelayan itu pun menuangkan kopi.

“Kalau Tuan?” tanyanya kepada tamu kedua.

“Saya minta teh saja.”

Sebelum menuangkan teh, dengan sopan pelayan tersebut bertanya, “Maaf, benarkah Tuan seorang kidal?”

Kaget dan takjub sang tamu menjawab, “Oh, benar sekali.

Tapi, dari mana Anda tahu?”

Sambil tersenyum si pelayan meletakkan kopi dan tehnya, lalu dengan sigap menata sendok dan garpu di meja tersebut agar sesuai dengan kondisi orang kidal,

Sambil menuangkan teh, pelayan itu menjawab, “Ya, saya memperhatikan gerak-gerik Tuan sejak tadi. Saya melatih diri saya untuk mengenali ciri-ciri orang kidal.”

Setelah mencatat pesenan, pelayan itupun pergi.

Gelandangan Pintar

Sumber: Buku Kafe Etos hal 199
Oleh: Jansen H. Sinamo
Kehadiran seorang gelandangan gila tiba-tiba saja mengejutkan kota kecil yang biasanya sunyi sepi. Tidak ada yang tahu dari mana dia berasal. Wajahnya kelihatan bodoh. Kelakuannya aneh dan lucu. Itu pula yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Penduduk suka menggodanya. Kehadiran gelandangan tua itu menjadi semacam hiburan di tengah rutinitas mereka yang mononton. Rumah makan dan kedai kopi kini menjadi ramai karena ada topik baru yang dibicarakan.

Sekali waktu datanglah kepada gelandangan itu seorang pemuda. Ia meletakkan uang Rp20 ribuan dan Rp100 ribuan di tangan kiri dan kanannya. Lalu ia meminta si gelandangan untuk memilih yang mana untuknya. Gelandangan yangmenyambutnya dengan gembira. Lalu ia memilih yang Rp20 ribuan. Orang-orang yang menonton kejadian itu tertawa karena merasa lucu: betapa bodohnya si gelandangan, tak bisa membedakan mana uang yang bernilai lebih besar.
Keesokan harinya, ada pria lain yang menggoda si gelandangan. Caranya tetap sama. Ia meletakkan uang Rp20 ribuan di tangan kiri dan Rp100 ribuan di tangan kana. Dan cerita kemarin berulang lagi: si gelandangan tertawa senang lalu menjatuhkan pilihan kepada uang Rp20 ribuan yang masuk kantongnya. Dan para penggoda itu dengan senang hati menyaksikan kebodohan si gelandangan yang memilih uang yang lebih kecil.

4.18.2013

CATATAN SEDIH SEORANG B.J HABIBIE

Sumber: http://www.facebook.com/cosmofm

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?