5.01.2014

CEO yang Berubah

Dalam sebuah artikel berjudul "What You Don't Know About Dell" di Bloomberg Businessweek Magazine, terungkaplah kisah berikut ini.

Musim gugur 2001, CEO Dell Michael S. Dell dan Presiden Dell Kevin B. Rollins merasa yakin bahwa perusahaan itu pulih dari krisis global dalam penjualan PC dan kuat. Mereka menyimpulkan, karyawan merasa bangga dan puas.
Namun hasil survey kepuasan karyawan memukul mereka dengan keras. Wawancara internal mengungkapkan bahwa bawahan merasa Dell adalah orang yang tidak perhatian, penyendiri, impersonal, tidak punya perasaan. Sementara Rollins dipandang sebagai otokratis, memaksakan kehendak, dan tidak ingin tahu gagasan orang lain. Banyak orang tidak puas, dan ketidakpuasan itu menyebar. Separuh dari karyawan Dell Inc's akan pergi jika mereka mendapat kesempatan.
Pada raksasa industri lain, kebanyakan orang selevel CEO dan Presiden akan mengabaikan kritik. Namun tidak dengan Dell dan Rollins. Mereka memutuskan untuk mengurus keluhan itu.
Dalam seminggu, Dell mengadakan meeting dengan 20 manajer utamanya dan melakukan kritik-diri yang jujur. Ia mengakui bahwa ia sangat pemalu dan kadang-kadang membuatnya tampak sebagai penyendiri dan sulit didekati . Dia berjanji membentuk ikatan yang lebih kuat dengan timnya. Manajernya sangat terkejut saat mereka diberitahu hasil tes kepribadian Dell yang menunjukkan bahwa ia seorang introvert ekstrim. Brian Wook, kepala penjualan sektor publik menyatakan, “Apa yang diucapkannya sangat berpengaruh. Pasti tidaklah mudah baginya untuk melakukan hal itu.”
Dell tidak berhenti sampai di situ. Ia menayangkan video percakapannya kepada setiap manajer yang jumlahnya ribuan. Dell dan Rollins berkomitmen untuk berubah dengan membuat tanda pengingat. Mainan bolduser plastik untuk Michael Dell, mengingatkan dia untuk tidak melindas gagasan orang lain. Boneka Curious George mendorong Rollins untuk mendengarkan pendapat timnya sebelum membuat keputusan.
Mereka adalah contoh pemimpin yang cerdas emosi. Salah satu hal yang mendasar yang mereka lakukan adalah mereka berani mengakui apa kekurangan mereka, dan mau berkomitmen untuk memperbaikinya. Hal ini mudah bila Anda adalah seorang bawahan tingkat rendah. Namun akan menjadi hal yang sulit dilakukan pada level jabatan tinggi.
Bagaimana dengan Anda?



8 Prinsip dalam Kecerdasan Emosi

Dalam artikel sebelumnya kita melihat contoh perilaku tokoh sekelas CEO dan Presiden dari Dell's Inc dalam menghadapi kritik terhadap dirinya. Tanpa disadari mereka melakukan 8 prinsip kecerdasan emosi yang diungkap dalam buku "Applied EI, The Importance of Attitudes in Developing Emotional Intelligence, karya Tim Sparrow and Amanda Knight.
8 Prinsip itu adalah:
#1 Kita memiliki kontrol dan bertanggungjawab atas tindakan kita masing-masing.
Kita tidak bisa melemparkan tanggungjawab pada lingkungan, orang tua, situasi ekonomi, rekan kerja, atau lain-lainnya pada suatu hal yang merupakan tindakan kita. Orang yang cerdas emosi akan mencari kontrol
#2 Tidak ada orang yang bisa mengambil kendali dari perasaan kita.
Perasaan kita adalah milik kita. Jadi kita bisa memilih, mau happy, mau sedih, mau tidak terpengaruh, atau mau marah. Pilihlah emosi yang sesuai dengan yang seharusnya. Ini perlu latihan.
#3 Setiap orang berbeda, mereka memiliki pengalaman berbeda, merasa berbeda, dan menginginkan hal yang berbeda.
Jangan menuntut orang untuk selalu ngertiin kita. Kita juga harus ambil waktu untuk memahami orang lain. Mencoba melihat apa yang terjadi sesungguhnya pada orang lain. Dan bertanya mengapa sih dia bereaksi begitu?
#4 Setiap orang tidak bisa dihakimi sebagai orang buruk.
Setiap orang punya alasannya. Tidak berarti kita setuju dengan semua tingkah seseorang, namun memahami akan membuat kita mampu melihat dengan lebih obyektif. Maka 'resep' kita akan menjadi lebih tepat.
#5 Perasaan dan perilaku adalah hal yang terpisah.
Jangan biarkan perilaku otomatis dipengaruhi oleh perasaan. Mereka berdiri sendiri. Perasaan dan perilaku bukan satu paket. Misalnya marah harus memukul, senang harus tertawa terbahak-bahak, dll. Kadang kita perlu menjaga perilaku kita sesuai dengan situasi saat itu.
#6 Semua perasaan siapapun adalah hak milik pribadi, harus dipahami, dan dianggap penting.
Jangan menyanggah perasaan orang lain. Perasaan tidak ada benar atau salah. Perasaan adalah apa yang dirasa. Jadi ya memang begitu. Kadang kalau ada orang berkata, "Aku kecewa." kita cenderung menjawab, "Kenapa kamu kecewa? Harusnya kamu gak boleh kecewa! bla bla bla.." disertai sejuta nasehat.
#7 Perubahan itu mungkin termasuk mengubah diri sendiri.
Tidak ada yang tidak mungkin.
#8 Semua orang memiliki kecenderungan alami untuk bertumbuh menjadi lebih baik.
Sebarkan ini ke sebanyak mungkin orang. Karena setiap orang ingin menjadi lebih baik.


*Donni Hadiwaluyo
sumber: milis_proaktif@googlegroups.com