Beberapa
waktu yang lalu, ada teman bercerita tentang kondisi organisasinya. Saat ini
kondisi mereka serba tidak jelas, demotivasi, dan tidak percaya dengan
pemimpinnya. Apa sebab kondisi tersebut? Ternyata sikap pemimpin yang bukannya
memberI motivasi malah lebih sering melemahkannya. Melemahkan ide-ide yang bahkan belum lahir. Melemahkan
semangat dengan memberikan komentar-komentar negatif dan mengalihkan
tanggungjawab kepada bawahannya.
Salah
satu tugas pemimpin adalah memotivasi, bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa
motivasi adalah tugas terpenting dari seorang pemimpin selain harus
mengembangkan pengikutnya. Ketika berbicara kepemimpinan, mau tidak mau kita
berbicara tentang sosok. Sosok pemimping sangat berperan dalam sebuah
organisasi. Seorang pemimpin dapat mempengaruhi banyak hal, mulai dari
kecepatan perkembangan organisasi, bagaimana organisasi bereaksi terhadap
masalah, hingga bagaimana kinerja setiap orang dalam organisasi. Tanpa pemimpin
yang baik, sebuah organisasi dan orang-orang di dalamnya akan sangat sulit
untuk berkembang dengan baik.
Berbicara
sosok pemimpin tentunya berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Seorang pemimpin
tidak dilahirkan tapi dilatih karena sesungguhnya setiap manusia adalah pemimpin,
yang membedakan hanyalah level kepemimpinannya. Level kemimpinan akan semakin
tinggi apabila dilatih. Secara garis besar, gaya kepemimpinan dibagi 2 yaitu
transaksional dan transformasional. Kita kupas satu per satu gaya kepemimpinan
tersebut.
Yang
pertama adalah gaya kepemimpinan transaksional. Gaya kepemimpinan transaksional
secara umum, adalah gaya kepemimpinan yang memberikan arahan kepada
pengikutnya. Bawahan atau pengikut tidak didorong untuk berinisiatif. Apabila
disimpulkan, gaya kepimpinan ini lebih cocok diterapkan pada level bawah atau
oleh para supervisor karena mereka bertugas menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan prosedur/SOP yang ada. Gaya kepemimpinan transaksional juga cocok dengan
kondisi bawahan/pengikut yang rata-rata tidak mempunyai inisiatif, kurang
kreatif, dan lebih banyak menunggu perintah.
Untuk
di tingkat lebih tinggi, maka sebaiknya menerapkan gaya kepemimpinan
transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional cocok untuk organisasi
yang pengikutnya/bawahannya mempunyai kreatifitas dan inistif tinggi. Gaya
kepimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang saat ini lebih banyak
diterapkan. Dunia bisnis, terutama, saat ini diisi oleh pengikut-pengikut atau
bawahan-bawahan dari generasi Y yang mempunyai fleksibilitas, kreatifitas, dan
inisiatif yang tinggi, maka dari itu kepemimpinan transformasional berkembang
dan membawa kemajuan dalam organisasi.
Kembali
ke motivasi. Dalam organisasi yang diisi oleh orang-orang yang penuh kratifitas
dan inisiatif serta mempunyai keinginan atau menuntut fleksibilitas dan
kebutuhan akan aktualisasi diri tinggi hanya motivasi yang diharapkan. Bila
pemimpin menyadari dan mengetahui hal ini, maka tugas kepemimpinannya
sebenarnya lebih mudah. Sediakan ruang, monitoring, dan motivasi mereka maka tinggal
tunggu saja hasilnya.
Kita
perlu ingat filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”