2.19.2010

BUDAYA PERUSAHAAN VS BUDAYA INDIVIDU


Pengantar

Beberapa waktu ini otak sepertinya tidak mampu menuangkan banyaknya ide yang ada dalam pencetan jari jemari diatas tuts keyboard laptop, sehingga untuk menjaga kesinambungan blog ini saya mencoba menampilkan beberapa tulisan yang pernah saya tulis untuk majalah perusahaan “POINTER”.  Semoga berkenan…
================================================================================

BUDAYA PERUSAHAAN VS BUDAYA INDIVIDU
Perilaku organisasi, khususnya budaya perusahaan dewasa ini menjadi topik yang menarik, hal ini karena ternyata ada korelasi yang sangat besar antara perilaku dengan perkembangan organisasi. Budaya perusahaan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi organisasi untuk menjabarkan dan menjadi pedoman pelaksanaan visi dan misi organisasi dan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Budaya perusahaan membantu mencapai sukses organisasi/perusahaan.

Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya dalam suatu lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di lingkungan tersebut, dalam hal ini adalah perusahaan. Permasalahan yang menarik sekarang adalah dimana letak dari Budaya Individu? Budaya individu yang mewarnai budaya perusahaan atau sebaliknya? Terlepas dari itu, yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam suatu organisasi terdapat individu-individu yang mempunyai latar belakang dan perilaku yang berbeda-beda karena berasal dari lingkungan yang berbeda-beda pula, baik secara langsung maupun tidak telah membentuk sikap dan perilakunya, yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang lingkungan mereka.

Suatu organisasi terdiri dari individu-individu yang secara bersama-sama berkumpul dan mempunyai tujuan yang sama, setiap individu meskipun mempunyai tujuan yang sama belum tentu berkembang dan hidup dalam lingkungan yang sama pula, sehingga setiap individu mempunyai ciri dan budaya yang berbeda-beda sesuai dengan darimana mereka berasal, dimana mereka hidup dan berkembang. Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku setiap individu.

Karena masing-masing individu mempunyai budaya yang berbeda-beda, permasalahannya adalah mampukah mereka yang mempunyai latar belakang budaya yang beragam ini secara bersama-sama mencapai tujuan perusahaan dengan cara saling memahami, membantu dan mengerti satu sama lain? Jawaban dari pertanyaan tersebut tentunya adalah bisa.

Sikap Dasar Manusia
Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan dengan membawa sifat hanief atau selalu berusaha mencari kebenaran. Dengan demikian, sebenarnya setiap manusia mempunyai sifat-sifat yang benar atau sesuai atau dapat diterima oleh manusia lainnya dimanapun mereka. Meskipun setiap manusia mempunyai sifat-sifat yang baik belum tentu akan dengan mudah mereka beradaptasi dan dengan komitmen serta penuh kesadaran menjalankan budaya yang dianut oleh suatu organisasi dimana dia berada di dalamnya.

Organisasi, dalam hal ini perusahaan tentu saja akan memilih nilai-nilai yang dipandang baik. Baik disini dalam arti diakui baik oleh semua orang terutama anggota organisasi maupun baik karena hal itu dapat mendorong perusahaan berkembang, mempunyai keunggulan bersaing, dan sustainable di masa yang akan datang. Hal ini juga disebabkan karena sifat hanief manusia, karena bagaimanapun perusahaan tidak terlepas dari manusia.

Seperti telah disinggung diatas, meskipun ada keselarasan antara nilai-nilai yang dipilih oleh perusahaan dengan sifat hanief manusia dan nilai-nilai yang telah dimiliki oleh individu-individu dalam perusahaan bukannya suatu yang mudah untuk mengharapkan, atau kalau tidak memaksa, anggota perusahaan (karyawan) untuk berperilaku seperti nilai-nilai yang telah dipilih perusahaan (baik dipilih sendiri oleh manajemen maupun atas bantuan konsultan). Dibutuhkan upaya untuk meyelaraskan nilai-nilai yang telah dipilih oleh perusahaan dengan nilai-nilai yang telah dimiliki oleh karyawan. Upaya penyelarasan ini tidak bisa dilakukan secara instant dan langsung jadi. Menurut hasil penelitian Tom Peters-Robert Waterman (1982), Jim Collins-Jerry Porras (1995), dan William Joyce-Nitin Nohria-Bruce Roberson (2002), budaya perusahaan secara konsisten selalu muncul sebagai faktor penentu kesuksesan jangka panjang perusahaan. Dengan demikian perlu perhatian ekstra, khususnya dari manajemen untuk mengembangkan budaya perusahaan agar selaras dan dapat dianut oleh semua lapisan dalam perusahaan. Diperlukan role model dalam sosialisasi dan pengenalan budaya perusahaan. Role model tersebut juga harus mampu sebagai culture builder. Role model dan culture builder ini harus benar-benar memahami nilai-nilai perusahaan dan dalam kesehariannya telah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Culture Builder
Kita bisa mengambil satu contoh seorang culture builder, contoh ini dipilih bukan hanya karena dia secara pribadi sebagai culture builder tapi juga perusahaan dimana dia membangun budaya tersebut. Kristiono dan PT Telkom tentunya bukan nama yang asing bagi kita. PT Telkom bisa dikatakan menjalankan management best practice diantara BUMN lain di Indonesia sehingga apa yang dilakukannya selalu menjadi model bagi BUMN lainnya. Kristiono, seperti kita tahu adalah salah satu dirut PT Telkom yang bisa dikatakan sangat berhasil.

Pada era Kristiono Telkom mengambil suatu kebijakan yang sangat berani, yaitu merubah budaya perusahaan. Pada era sebelumnya, Tekom mempunyai budaya sendiri-sendiri di masing-masing Divisi Regionalnya atau sub-culture. Kristiono sebagai nahkoda transformasi mampu memainkan peran kunci sebagai pembangun budaya (culture builder) Telkom yang efektif. Kristiono tak main-main dalam mengimplementasi dan mengaktualisasikan budaya yang telah dipilih Telkom. Ia turun langsung memimpin eksekusi dengan keliling ke seluruh divre untuk memberikan sponsorship secara total. Ia menyediakan 125 persen waktu dan energinya untuk memikirkan hal ini. Ia juga menempatkan upaya culture overhaul ini sebagai salah satu dari lima ”medan peperangan” Telkom menghadapi era kompetisi dan memposisikan diri sebagai ”panglima perang” budaya korporat. Dengan tegas ia menginstruksikan semua Divre untuk menanggalkan budaya lama dan meleburkan diri ke dalam The Telkom Way 135 (TTW 135).

Ketegasan dalam menyatukan divre dalam payung TTW 135 ini bukannya tanpa resiko. Di organisasi manapun perubahan budaya perusahaan adalah persoalan yang paling sulit. Kebanyakan pemimpin kalau bisa tak menyentuh persoalan ini, karena persoalan budaya selalu menyangkut orang, sarat dengan corporate politics, karena hal tersebut memiliki resiko sangat besar. Dan celakanya persoalan ini tak bisa didelegasikan, seorang pemimpin mau tak mau harus turun tangan sendiri.

Karena turun sendiri, maka mau tak mau ia harus siap menjadi role model. Tanpa role modeling kredibilitas si pemimpin akan rontok dan bisa dipastikan persoalan ini tak akan bisa dituntaskan.

Dari contoh tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa peran seoarang pemimpin (Dirut/CEO/General Manager) sangat penting sebagai role model dan culture builder. Untuk mempercepat implementasi dan aktualisasi nilai-nilai perusahaan sudah sewajarnya apabila pemimpin-pemimpin di daerah atau divisi (Manajer dan segenap manajemen) juga bertanggung jawab dan berperan sebagai culture builder.

Budaya Individu cerminan Budaya Perusahaan
Bagaimanapun budaya perusahaan tidak bisa lepas dari budaya individu. Budaya individu mencerminkan perilaku dari individu-individu anggota perusahaan (karyawan) di semua lapisan. Namun demikian perlu adanya internalisasi, penyelarasan, dan pemahaman terhadap budaya perusahaan. Role model dan culture builder yang dimainkan oleh pemimpin akan sangat membantu dan mendorong terimplementasikannya budaya perusahaan oleh semua karyawan di level manapun. Dengan terimplementasikannya budaya perusahaan dengan penuh komitmen dan penuh kesadaran oleh karyawan maka dalam jangka panjang perusahaan akan mendapat manfaatnya. Tujuan dan cita-cita perusahaan akan tercapai. Perusahaan akan berkembang dan sustainable dalam jangka panjang. Role model dan culture builder dibutuhkan untuk mengimplementasikan budaya perusahaan.

No comments:

Post a Comment